Jumat, 29 November 2013

Gerakan Mahasiswa

Oleh: Barra Pravda

·         Situasi Nasional (Ekonomi-Politik) Dan Kaitannya Dengan Pembangunan Organisasi Gerakan Mahasiswa

Secara umum, situasi nasional—dalam skema besar—adalah hasil dari situasi yang dibentuk oleh kebutuhan capital mengembangkan dirinya. Dalam batas-batas tertentu perputaran capital, neo-liberalisme membutuhkan ruang agar leluasa bergerak. Itu merupakan kesimpulan bahwa krisis demi krisis adalah timbal balik yang logis dari cara produksi kapitalisme. Memunculkan alternatif terhadap neo-liberalisme menjadi penting—baik dalam praktek/teori. Meskipun neo-liberalisme begitu tersudutkan oleh krisis-krisis terdahulu, tapi masih belum menemui tantangan yang cukup berarti untuk keruntuhannya. Terlebih, gerakan belum bisa maksimal mengolah momentum krisis. Oleh Gramsci, krisis berarti "revolusi pasif", dimana kekuatan lama mempertahankan kekuasaanya dengan cara mengadaptasikan secara terbatas tuntutan-tuntutan kekuatan baru.

Lebih konkrit lagi sekarang adalah: batas-batas pergerakan capital semakin membentur banyak situasi (meskipun dengan banyak cara mereka mati-matian bertahan) terutama benturan dengan sosial-masyarakat. Jangankan pakar ekonomi borjuis, Marx-pun mungkin akan heran melihat bagaimana borjuasi menyiasati perkembangan kapital dalam kapitalisme sedemikian rupa agar selamat dari kontradiksi internalnya; diversifikasi, saham, gabungan saham (porto-folio), neo-liberalisme—neo-konservatisme. Bagaimana tidak, seruan penolakan globalisasi penindasan kapital lambat laun merebak di beberapa belahan dunia, bahkan di dalam negeri kapitalis itu sendiri (AS). Yang baru saja terjadi adalah krisis Eropa, Amerika kemudian Timur Tengah. Di dalam negri tampak belum bergeming dari ruang hampa radikalisasi, meskipun ada gerakan buruh yang sedikit menggeliat bergerak dari titik ekonomis; menuntut upah, melawan PHK, radikalisme rakyat menolak perusahaan korporasi (Tiaka, Papua, Palu) dan penyerobotan lahan (Mesuji, Padang, Kebumen, Jambi). Kabar paling fenomenal adalah aksi bakar diri Sondang Hutagalung, mahasiswa UBK Jakarta yang dilakukannya di seberang istana Negara. Kejadian bakar diri tersebut hampir bersamaan dengan situasi merebaknya rentetan pergolakan rakyat.

·         Tentang Kesadaran Rakyat: Dunia Eksternal (Realitas) Bukan Menifestasi Pikiran, Maka Keberadaan-Lah Yang Menentukan Gagasan (Merubah Keberadaan Sosial).

Jangan bermimpi Sondang Hutagalung berubah menjadi Mohammed Bouazizi tanpa memberdayakan kekuatan organisasi pelopor untuk mengolah massa.

Dengan meluasnya penindasan, kenapa massa—yang “belum merasakan penindasan”—masih enggan bergabung dengan gerakan rakyat, atau setidaknya ada dukungan luas kepada gerakan? Pertanyaan tersebut sebaiknya direnungi saja dan tidak akan kita bahas dalam tulisan singkat ini, karena akan lebih baik jika kita berbicara dahulu tentang bagaimana sebaik-baiknya organisasi revolusioner memenuhi syarat untuk menggerakkan revolusi, berada di tengah-tengah kesadaran massa yang sedang berjuang.

Jika dilihat dalam konsepsi dialektika antara kesadaran massa dan kaum pelopor, maka benar bahwa: penindasan/kemiskinan tidak serta-merta memunculkan perlawanan untuk kemudian merubah tatanan (revolusi sosial). Artinya adalah, butuh perluasan kesadaran tentang penindasan dan dukungan terhadap radikalisme rakyat yang telah berhadap-hadapan langsung dengan penindasan itu sendiri. Mudahnya adalah, butuh kekuatan organisasi radikal yang mapan, yang memiliki kesanggupan untuk memimpin kesadaran dan gerak. Di sini kita akan lebih baik fokus berbicara tentang bagaimana kita (gerakan mahasiswa) sanggup berpropaganda dan bekerja bersama massa, agar makin memiliki syarat untuk mengolah potensi radikalisasi yang muncul dari massa. Namun, bagaimana jika kita diperhadapkan dengan situasi bahwa pergolakan rakyat yang sedang marak belakangan ini ternyata masih jauh dari jangkauan gerakan mahasiswa. Dalam spektrum tuntutan/isu masih belum dekat dari hal-hal yang bersinggungan terhadap persoalan-persoalan kampus (pendidikan).

Tanpa adanya dorongan gerakan dan luasnya kesadaran hanya akan menyia-nyiakan Sondang, Mohammed Bouazizi (Mesir) dan Self-Immolation Tibet.

·         Mahasiswa Dan Organisasinya (Tugas dan Fungsi)

Sesuai analisa Marxisme, peran kaum terpelajar/mahasiswa dalam kelas-kelas masyarakat memiliki tanggung-jawab sebagai kelompok yang harus mengambil bagian dalam revolusi sosialis, itulah kenapa Marx menganggap kaum terpelajar/mahasiswa sebagai borjuis kecil, dimana dalam pengelompokan filsafat kelasnya, ia masuk dalam kelompok non-fundamental, artinya, bisa saja dia menjadi penindas baru, bisa juga dia berbalik menjadi pembela kaum buruh, menjadi motor penggerak perjuangan kelas, tinggal bagaimana syarat-syarat materialnya (mahasiswa/pelajar) untuk menjadi bagian dari perjuangan kelas proletar diberikan oleh organisasi/kolektif, selain juga memang karena kehendak dirinya untuk berkesadaran kelas proletar. Dialektika obyektif dan subyektif... (https://www.facebook.com/note.php?note_id=10150346946020106)

Untuk lebih jelas melihat apa tugas mendasar organisasi mahasiswa, yang sesuai dan diperlukan dalam pemerintahan sosialis, Lenin menyingkat narasinya sebagai berikut:

“…dalam satu pemikiran tertentu bisa dikatakan bahwa pemudalah yang akan berhadapan dengan tugas-tugas aktual untuk menciptakan sebuah masyarakat komunis. Selama ini jelas, bahwa generasi kaum pekerja yang bangkit dalam masyarakat kapitalis setidaknya menyelesaikan tugas penghancuran dasar-dasar dari yang lama, pandangan hidup kapitalis, yang dibangun atas penghisapan. Setidaknya generasi itu yang akan mampu menyelesaikan tugas-tugas untuk membentuk sebuah sistem sosial, yang akan membantu proletariat dan klas pekerja mempertahankan kekuasaan dan meletakkan sebuah pondasi yang kuat, yang dapat dibangun hanya oleh sebuah generasi yang mulai bekerja di bawah kondisi yang baru, dalam sebuah situasi dimana hubungan-hubungan yang berdasar pada penghisapan manusia atas manusia sudah tidak ada lagi. Dan selanjutnya, berangkat dari sudut pandang ini yang disesuaikan dengan tugas-tugas yang menghadang pemuda, Saya harus mengatakan bahwa tugas-tugas dari pemuda secara umum, Liga Pemuda Komunis dan khususnya semua organisasi lain, bisa diringkas dalam satu kata tunggal, yaitu: BELAJAR”.

Tak bisa berhenti sampai di situ, kita harus menggali lagi dengan pertanyaan: Belajar tentang apa?

Belajar tentang realitas dunia (cognizible) sebagai objek yang harus disadari dan tentang manusia sebagai subjek yang harus sadar (cognitive). Pentingnya belajar tentang dua hal itu agar kemampuan yang didapat dari proses belajar (di organisasi ataupun akademik) bisa digunakan untuk terus mengkonfirmasi kenyataan ke dalam pengetahuan sosial; mengenali gejala perlawanan dan mentransformasikan kepada massa luas.

“…gerakan mahasiswa Indonesia, haruslah memberikan kesimpulan apakah  gerakan tersebut, dalam orientasi dan tindakan politiknya,  benar-benar mengarah dan bersandar pada problem-problem dan kebutuhan  struk­tural rakyat Indonesia. Orientasi dan tindakan politik  merupakan cermin dari bagaimana mahasiswa Indonesia memahami masyarakatnya, menentukan pemihakan pada rakyatnya serta kecakapan merealisasi nilai-nilai tujuan atau ideologinya”.

Nilai  lebih  organisasi dalam  gerakan  mahasiswa hanyalah bermakna  bahwa  di dalam  organisasi,  mahasiswa ditempa   dan dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1.            Pemahaman terhadap masyarakat dan persoalan-persoalannya.
2.            Pemihakan pada rakyat.
3.            Kecakapan-kecakapan dalam mengolah massa.

Ketiga syarat tersebut mencerminkan:
1.            Tujuan dan orientasi gerakan mahasiswa.
2.            Metodologi gerakan mahasiswa.
3.            Strukturalisasi  sumber daya manusia, logistik  dan keuangan gerakan mahasiswa, dan
4.            Program-program  gerakan mahasiswa yang  bermakna strategis-taktis.
(Danial Indrakusuma: Sumbangan pemikiran untuk Gerakan Mahasiswa)

Point umum dari syarat dan cerminan gerakan mahasiswa di atas bermakna untuk, mengetahui sejauh mana sebuah organisasi mahasiswa bisa diidentifikasi sebagai gerakan yang sanggup memanggul beban menyelesaikan tugas sejarah yaitu, pembebasan nasional menuju revolusi sosialis. Termasuk juga gerakan harus memiliki tujuan tidak sekedar perubahan sistem politik, namun juga harus memiliki tujuan ideologis sesuai makna revolusi itu sendiri, yaitu: perubahan radikal seluruh tatanan struktur dari legal-politik—istilah Althusser—atau Negara berikut ekonomi (cara produksi) hingga nilai/norma (kebudayaan) yang berlaku dalam masyarakat.

Artikel di atas hanyalah gambaran umum mengenai landasan mengapa kita butuh memperkuat gerak organisasi dengan tujuan agar memiliki kesanggupan sebagai pelopor perjuangan, memperluas gagasan, membangun kesadaran dan menghimpun massa. Untuk lebih konkritnya apa tugas-tugas mendesak saat ini, mari kita diskusikan bersama tentang pentingnya membangun kekuatan kolektif organisasi.
Terimakasih.

Salam juang !
Terus berkobar !

Sabtu, 09 November 2013

Prinsip Kerja Solar Panel atau photovoltaic sistem

Sebelum membahas sistim pembangkit listrik tenaga surya
Pertama-tama akan dijelaskan secara singkat komponen penting dalam sistim ini yang berfungsi sebagai perubah energi cahaya matahari menjadi energi listrik. Listrik tenaga matahari dibangkitkan oleh komponen yang disebut solar cell yang besarnya sekitar 10 ~ 15 cm persegi. Komponen ini mengkonversikan energi dari cahaya matahari menjadi energi listrik. Solar cell merupakan komponen vital yang umumnya terbuat dari bahan semikonduktor. multicrystalline silicon adalah bahan yang paling banyak dipakai dalam industri solar cell. Multicrystalline dan monocrystalline silicon menghasilkan efisiensi yang relativ lebih tinggi daripada amorphous silicon.
Sedangkan amorphus silicon dipakai karena biaya yang relativ lebih rendah. Selain dari bahan nonorganik diatas dipakai pula molekul-molekul organik walaupun masih dalam tahap penelitian.Sebagai salah satu ukuran performansi solar cell adalah efisiensi. Yaitu prosentasi perubahan energi cahaya matahari menjadi energi listrik. Efisiensi dari solar cell yang sekarang diproduksi sangat bervariasi. Monocrystalline silicon mempunyai efisiensi 12~15 %. Multicrystalline silicon mempunyai efisiensi 10~13 %. Amorphous silicon mempunyai efisiensi 6~9 %. Tetapi dengan penemuan metode-metode baru sekarang efisiensi dari multicrystalline silicon dapat mencapai 16.0 % sedangkan monocrystalline dapat mencapai lebih dari 17 %. Bahkan dalam satu konferensi pada September 2000, perusahaan Sanyo mengumumkan bahwa mereka akan memproduksi solar cell yang mempunyai efisiensi sebesar 20.7 %. Ini merupakan efisiensi yang terbesar yang pernah dicapai.Tenaga listrik yang dihasilkan oleh satu solar cell sangat kecil maka beberapa solar cell harus digabungkan sehingga terbentuklah satuan komponen yang disebut module. Produk yang dikeluarkan oleh industri-industri solar cell adalah dalam bentuk module ini.Pada applikasinya, karena tenaga listrik yang dihasilkan oleh satu module masih cukup kecil (rata-rata maksimum tenaga listrik yang dihasilkan 130 W) maka dalam pemanfaatannya beberapa module digabungkan dan terbentuklah apa yang disebut array. Sebagai contoh untuk menghasilkan listrik sebesar 3 kW dibutuhkan array seluas kira-kira 20 ~ 30 meter persegi. Secara lebih jelas lagi, dengan memakai module produksi Sharp yang bernomor seri NE-J130A yang mempunyai efisiensi 15.3% diperlukan luas 23.1m2 untuk menghasilkan listrik sebesar 3.00 kW. Besarnya kapasitas PLTS yang ingin dipasang menambah luas area pemasangan.

SORAL CELL
sejarah soral cell
Tenaga listrik dari cahaya matahari pertama kali ditemukan oleh Alexandre – Edmund Becquerel seorang ahli fisika Perancis pada tahun 1839. Temuannya ini merupakan cikal bakal teknologi solar cell. Percobaannya dilakukan dengan menyinari 2 elektrode dengan berbagai macam cahaya. Elektrode tersebut di balut (coated) dengan bahan yang sensitif terhadapcahaya, yaitu AgCl dan AgBr dan dilakukan pada kotak hitam yang dikelilingi dengan campuran asam. Dalam percobaanya ternyata tenaga listrik meningkat manakala intensitascahaya meningkat. Selanjutnya penelitian dari Bacquerel dilanjutkan oleh peneliti-peneliti lain. Tahun 1873 seorang insinyur Inggris Willoughby Smith menemukan Selenium sebagai suatu elemen photo conductivity. Kemudian tahun 1876, William Grylls dan Richard Evans Day membuktikan bahwa Selenium menghasilkan arus listrik apabila disinari dengan cahaya matahari. Hasil penemuan mereka menyatakan bahwa Selenium dapat mengubah tenaga matahari secara langsung menjadi listrik tanpa ada bagian bergerak atau panas. Sehingga disimpulkan bahwa solar cell sangat tidak efisien dan tidak dapat digunakan untuk menggerakkan peralatan listrik.
Tahun 1894 Charles Fritts membuat Solar Cell pertama yang sesungguhnya yaitu suatu bahan semi conductor (selenium) dibalut dengan lapisan tipis emas. Tingkat efisiensi yang dicapai baru 1% sehingga belum juga dapat dipakai sebagai sumber energi, namun kemudian dipakai sebagai sensor cahaya. Tahun 1905 Albert Einstein mempublikasikan tulisannya mengenai photoelectric effect. Tulisannya ini mengungkapkan bahwa cahaya terdiri dari paket-paket atau “quanta of energi” yang sekarang ini lazim disebut “photon.” Teorinya ini sangat sederhana tetapi revolusioner. Kemudian tahun 1916 pendapat Einstein mengenai photoelectric effect dibuktikan oleh percobaan Robert Andrew Millikan seorang ahli fisika berkebangsaan Amerika dan ia mendapatkan Nobel Prize untuk karya photoelectric effect. Tahun 1923 Albert Einstein akhirnya juga mendapatkan Nobel Prize untuk teorinya yang menerangkan photoelectric effect yang dipublikasikan 18 tahun sebelumnya.
Hingga tahun 1980 an efisiensi dari hasil penelitian terhadap solar cell masih sangat rendah sehingga belum dapat digunakan sebagai sumber daya listrik. Tahun 1982, Hans Tholstrup seorang Australia mengendarai mobil bertenaga surya pertama untuk jarak 4000 km dalam waktu 20 hari dengan kecepatan maksimum 72 km/jam. Tahun 1985 University of South Wales Australia memecahkan rekor efisiensi solar cell mencapai 20% dibawah kondisi satu cahaya matahari. Tahun 2007 University of Delaware berhasil menemukan solar cell technology yang efisiensinya mencapai 42.8% Hal ini merupakan rekor terbaru untuk “thin film photovoltaicsolar cell.” Perkembangan dalam riset solar cell telah mendorong komersialisasi dan produksi solar cell untuk penggunaannya sebagai sumber daya listrik.

CARA KERJA PLTS
KONSEP KERJA SISTEM PLTS
Pembangkit listrik tenaga surya itu konsepnya sederhana. Yaitu mengubah cahaya matahari menjadi energi listrik. Cahaya matahari merupakan salah satu bentuk energi dari sumber daya alam. Sumber daya alam matahari ini sudah banyak digunakan untuk memasok daya listrik di satelit komunikasi melalui sel surya. Sel surya ini dapat menghasilkan energi listrik dalam jumlah yang tidak terbatas langsung diambil dari matahari, tanpa ada bagian yang berputar dan tidak memerlukan bahan bakar. Sehingga sistem sel surya sering dikatakan bersih dan ramah lingkungan. Badingkan dengan sebuah generator listrik, ada bagian yang berputar dan memerlukan bahan bakar untuk dapat menghasilkan listrik. Suaranya bising. Selain itu gas buang yang dihasilkan dapat menimbulkan efek gas rumah kaca (green house gas) yang pengaruhnya dapat merusak ekosistem planet bumi kita. Sistem sel surya yang digunakan di permukaan bumi terdiri dari panel sel surya, rangkaian kontroler pengisian (charge controller),
dan aki (batere) 12 volt yang maintenance free. Panel sel surya merupakan modul yang terdiri beberapa sel surya yang digabung dalam hubungkan seri dan paralel tergantung ukuran dan kapasitas yang diperlukan. Yang sering digunakan adalah modul sel surya 20 watt atau 30 watt. Modul sel surya itu menghasilkan energi listrik yang proporsional dengan luas permukaan panel yang terkena sinar matahari. Rangkaian kontroler pengisian aki dalam sistemsel surya itu merupakan rangkaian elektronik yang mengatur proses pengisian akinya. Kontroler ini dapat mengatur tegangan aki dalam selang tegangan 12 volt plus minus 10 persen. Bila tegangan turun sampai 10,8 volt, maka kontroler akan mengisi aki dengan panelsurya sebagai sumber dayanya. Tentu saja proses pengisian itu akan terjadi bila berlangsung pada saat ada cahaya matahari. Jika penurunan tegangan itu terjadi pada malam hari, maka kontroler akan memutus pemasokan energi listrik. Setelah proses pengisian itu berlangsung selama beberapa jam, tegangan aki itu akan naik. Bila tegangan aki itu mencapai 13,2 volt, maka kontroler akan
menghentikan proses pengisian aki itu. Rangkaian kontroler pengisian itu sebenarnya mudah untuk dirakit sendiri. Tapi, biasanya rangkaian kontroler ini sudah tersedia dalam keadaan jadi di pasaran. Memang harga kontroler itu cukup mahal kalau dibeli sebagai unit tersendiri. Kebanyakan sistem sel surya itu hanya dijual dalam bentuk paket lengkap yang siap pakai.
Jadi, sistem sel surya dalam bentuk paket lengkap itu jelas lebih murah dibandingkan dengan bila merakit sendiri. Biasanya panel surya itu letakkan dengan posisi statis menghadap matahari. Padahal bumi itu bergerak mengelilingi matahari. Orbit yang ditempuh bumi berbentuk elip dengan matahari berada di salah satu titik fokusnya. Karena matahari bergerak membentuk sudut selalu berubah, maka dengan posisi panel surya itu yang statis itu tidak akan diperoleh energi listrik yang optimal. Agar dapat terserap secara maksimum, maka sinar matahari itu harus diusahakan selalu jatuh tegak lurus pada permukaan panel surya. Jadi, untuk mendapatkan energi listrik yang optimal, sistem sel surya itu masih harus dilengkapi pula dengan rangkaian kontroler optional untuk mengatur arah permukaan panel surya agar selalu menghadap matahari sedemikian rupa sehingga sinar mahatari jatuh hampir tegak lurus pada panel suryanya. Kontroler seperti ini dapat dibangun, misalnya, dengan menggunakan mikrokontroler 8031. Kontroler ini tidak sederhana, karena terdiri dari bagian perangkat keras dan bagian perangkat lunak. Biasanya, paket sistem sel surya yang lengkap belum termasuk kontroler untuk menggerakkan panel surya secara otomatis supaya sinar matahari jatuh tegak lurus.
Komponen utama sistem surya fotovoltaik adalah modul yang merupakan unit rakitan beberapa sel surya fotovoltaik. Untuk membuat modul fotovoltaik secara pabrikasi bisa menggunakan teknologi kristal dan thin film. Modul fotovoltaik kristal dapat dibuat dengan teknologi yang relatif sederhana, sedangkan untuk membuat sel fotovoltaik diperlukan teknologi tinggi.
Modul fotovoltaik tersusun dari beberapa sel fotovoltaik yang dihubungkan secara seri dan paralel. Biaya yang dikeluarkan untuk membuat modul sel surya yaitu sebesar 60% dari biaya total. Jadi, jika modul sel surya itu bisa diproduksi di dalam negeri berarti akan bisa menghemat biaya pembangunan PLTS. Untuk itulah, modul pembuatan sel surya di Indonesia tahap pertama adalah membuat bingkai (frame), kemudian membuat laminasi dengan sel-sel yang masih diimpor. Jika permintaan pasar banyak maka pembuatan sel dilakukan di dalam negeri. Hal ini karena teknologi pembuatan sel surya dengan bahan silikon single dan poly cristal secara teoritis sudah dikuasai. Dalam bidang fotovoltaik yang digunakan pada PLTS, Indonesia ternyata telah melewati tahapan penelitian dan pengembangan dan sekarang menuju tahapan pelaksanaan dan instalasi
Teknologi ini cukup canggih dan keuntungannya adalah harganya murah, bersih, mudah dipasang dan dioperasikan dan mudah dirawat. Sedangkan kendala utama yang dihadapi dalam pengembangan energi surya fotovoltaik adalah investasi awal yang besar dan harga per kWh listrik yang dibangkitkan relatif tinggi, karena memerlukan subsistem yang terdiri atas baterai, unit pengatur dan inverter sesuai dengan kebutuhannya.
Bahan sel surya sendiri terdiri kaca pelindung dan material adhesive transparan yang melindungi bahan sel surya dari keadaan lingkungan, material anti-refleksi untuk menyerap lebih banyak cahaya dan mengurangi jumlah cahaya yang dipantulkan, semi­konduktor P-type dan N-type (terbuat dari campuran Silikon) untuk menghasilkan medan listrik, saluran awal dan saluran akhir (tebuat dari logam tipis) untuk mengirim elektron ke perabot listrik. Cara kerja sel surya sendiri sebenarnya identik dengan piranti semikonduktor dioda. Ketika cahaya bersentuhan dengan sel surya dan diserap oleh bahan semi-konduktor, terjadi pelepasan elektron. Apabila elektron tersebut bisa menempuh perjalanan menuju bahan semi-konduktor pada lapisan yang berbeda, terjadi perubahan sigma gaya-gaya pada bahan. Gaya tolakan antar bahan semi-konduktor, menyebabkan aliran medan listrik. Dan menyebabkan elektron dapat disalurkan ke saluran awal dan akhir untuk digunakan pada perabot listrik.

WARGA UEBONE , Keluhkan Debu Truk Material Bandara

TOUNA, MERCUSUAR – Warga Desa Uebone, Kecamatan Ampana Tete, Kabupaten Tojo Unauna (Touna) mengeluhkan debu jalanan yang diakibatkan truk pembawa material timbunan bandara Ampana.
“Karena debu dari truk-truk yang melintas itu, kami warga desa ini kebanyakan memilih menutup pintu rumah dan tidak berjualan. Debunya banyak sekali,” kata seorang warga desa itu yang sehari-hari berjualan pisang goreng.

Sebelumnya ia selalu berjualan sejak pagi hingga malam. Tapi pasca truk proyek bandara itu sering melintas, maka ia hanya berjualan pisang goring di sore hari denga menunggu truk-truk itu berhenti membawa bahan timbunan.

Di samping harus menutup pintu dan berjualan sesempatnya, ada pula warga di desa itu yang mengalami sakit karena sering menghirup debu itu. “Ada yang batuk bahkan ada sakit tenggorokkan,” singkatnya. Menurutnya pihak kontraktor menyiram air di jalan tersebut, namun tetap tidak mampu mengurangi banyaknya debu di jalanan.

“Dari kontraktor memang setiap hari sampai tiga kali menyiramkan air di sepanjang jalan ini. Tetapi cepat sekali kering apalagi panas matahari,” ujarnya. Karena itu, warga Desa Uebone berharap adanya kebijakan terkait persoalan itu.

“Kami tidak melarang truk-truk itu melintas, tetapi tolong perhatikan juga kami orang kecil ini yang bergantung hidup dari jualan. Yah ada kebijakanlah, bagaimana caranya supaya tidak warga yang dirugikan,” harapnya. KIRIMAN YAHYA

Sungai Kafekai Diduga Tercemar Tambang, Warga Podi Gatal-Gatal

Aksi warga Desa Podi, menolak tambang dan memasang plang di jalan masuk ke PT Arthaindo Jata Abadi. Perusahaan tambang ini tengah diusut polisi diduga  penggunaan kawasan hutan tanpa izin Kementerian Kehutanan. Parahnya, saat warga pasang plang malah dipanggil polisi dengan tuduhan penyerobotan lahan. Aneh??? Foto: M Irsan
Aksi warga Desa Podi, menolak tambang dan memasang plang di jalan masuk ke PT Arthaindo Jata Abadi. Perusahaan tambang ini tengah diusut polisi diduga penggunaan kawasan hutan tanpa izin Kementerian Kehutanan. Parahnya, saat warga pasang plang malah dipanggil polisi dengan tuduhan penyerobotan lahan. Aneh??? Foto: M Irsan


Jatam Sulteng, Yayasan Merah Putih dan Walhi Sulteng telah mengirimkan surat ke berbagai lembaga dan kementerian meminta ketegasan pemerintah menindak Arthaindo. Mereka juga berencana mengajukan gugatan class action.

Kehadiran tambang bijih besi PT Arthaindo Jaya Abadi (Arthaindo) di Desa Podi, Kecamatan Tojo, Kabupaten Tojo Una-una, Sulawesi Tengah (Sulteng), mulai menyengsarakan warga.  Sebab, Sungai Kafekai, di Desa Podi, Dusun II, yang dulu berwarna jernih, telah berubah warna menjadi merah kecoklatan. Air sungai itu diduga tercemar limbah perusahaan Arthaindo yang berjarak hanya 1,6 kilometer dari pemukiman warga Dusun II.
Muhamad Irsan, dari Yayasan Merah Putih, yang mengadvokasi warga Podi mengatakan, Sungai Kafekai merupakan satu-satunya sumber mata air bersih warga Dusun II. Ia sering dipakai untuk keperluan mandi hingga air minum. Sejak kehadiran Arthaindo,  sekitar delapan bulan lalu, warga mulai resah.  Dalam satu bulan ini, sungai warga ini sudah terkena dampak.
Air Sungai Kafekai sudah tercemar limbah perusahaan. Terbukti, warga mulai diserang gatal-gatal ketika menggunakan air dari sungai. Tubuh warga gatal-gatal bintik-bintik merah, bahkan sebagian besar sampai kemaluan mereka. “Badan Nasional Penanggulangan Bencana di Kabupaten Tojo Una-una sudah melansir Sungai Kafekai kini sudah tidak layak digunakan,” katanya, Selasa (17/9/13).
Dia mengatakan, warga yang terdata  terserang gatal-gatal ada 60 orang. Wargapun  mencari sumber air bersih untuk kebutuhan sehari-hari ke Dusun III. Untuk air minum, sebagian besar warga beralih membeli air galon atau air kemasan.“Namun warga merasa membeli air galon sangatlah mahal.” Saat ini, kata Irsan, sampel air sungai sudah dikirim ke laboratorium untuk diuji.
Untuk kasus ini, Jatam Sulteng bersama Walhi dan Yayasan Merah Putih Palu berencana melakukan gugatan class action. Namun, masih menunggu respon dari laporan yang dikirimkan kepada Mabes Polri, Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), Kementrian Kehutanan dan Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). “Surat ini sudah disampaikan Senin lalu (9/913),” kata Syahrudin Ariestal Douw, Direktur Eksekutif Jatam Sulteng.
Surat itu, intinya meminta ketegasan pemerintah menindak Arthaindo dan mencabut izin yang sudah dikeluarkan.  Ahmad Pelor, Direktur Eksekutif Walhi Sulteng mengungkapkan hal yang sama. Saat ini,  mereka menginvestigasi lebih dalam lagi kasus pencemaran sungai di Desa Podi Dusun II.“Sungai telah tercemar oleh limbah perusahaan. Ini akibat akumulasi kerusakan oleh Arthaindo yang makin massif.”
Padahal, sejak 28 Juni 2013, kepolisian telah memasang garis polisi (police line) pada sebagian alat berat perusahaan dan pada tumpukan material yang telah diangkut ke dermaga di Desa Podi. Tanda polisi ini karena Arthaindo diduga melakukan penambangan di kawasan hutan tanpa mengantongi izin dari Kementrian Kehutanan.
Pada 26 Juli 2013, warga Desa Podi melakukan unjuk rasa. Mereka protes dengan memagar jalan masuk tambang.  Mengapa? Karena meskipun ada police line, tetapi perusahaan terus beroperasi.  Aneh binti ajaib, aksi ini dibalas polisi dengan memanggil enam orang warga Podi ke Kepolisian Sektor Tojo, dengan tuduhan penyerobotan tanah di wilayah itu.
Arthaindo,  merupakan anak perusahaan Earthstone Resources, penamanan modal dari India dengan luas konsesi 5.000 hektar, berdasarkan IUP yang dikeluarkan Bupati Tojo Una-una tahun 2012.
Sebelumnya,  PT. Adiguna Usaha Semesta adalah perusahaan pemegang izin eksplorasi, tetapi pemerintah Kabupaten Tojo Una-una, membuat perubahan dan memberikan izin eksplorasi dan ekspolitasi kepada Arthaindo.
Perubahan izin eksplorasi dari PT. Adiguna Usaha Semesta kepada Arthaindo ini berdasarkan surat permohonan Arthaindo tertanggal 26 Maret 2012,  Nomor; 04/AJA/III/2012.  Pada 3 April 2012, Bupati Tojo Una-una, Damsik Ladjalani mengeluarkan surat keputusan Nomor: 188.45/115/ Distamben. Surat ini tentang perubahan Keputusan Bupati Tojo Una-una tentang izin usaha pertambangan eksplorasi biji besi kepada Arthaindo.
Dari luasan 5.000 hektar izin  ini, membentang dari Kecamatan Tojo hingga Kecamatan Ulubongka. Kantor urusan-urusan administrasi dan pelabuhan jeti perusahaan berada di Desa Podi.   Dalam daftar pemegang saham Arthaindo ada tercantum Hadra Binangkari dan I Wayan Sudiana.
Hadra Binangkari, Direktur Arthaindo, kelahiran Desa Podi. Tahun 1960an, sang ayah,  Binangkari adalah tuan tanah yang menguasai tanah dan perkebunan kelapa, di sepanjang Kecamatan Tojo. Hadra Binangkari menikah dengan pejabat polisi bernama I Wayan Sudiana. Kini, salah satu anak mereka, Putu Hendra Binangkari menjadi perwira di Polda Sulteng.
Perusahaan ini, tak hanya mengeruk puncak Gunung Umogi, juga membangun pelabuhan di Dusun IV, Desa Podi. Pelabuhan ini tepat di sisi Jalan Trans Sulawesi yang menghubungkan antara ibukota Kabupaten Tojo Una-una dan Kabupaten Poso.