Minggu, 30 Maret 2014

Kabel dan Kualitas Daya Listrik

Selama beberapa tahun mencoba menangani permasalahan listrik di rumah sendiri, saya mendapatkan bahwa peran kabel sangatlah penting dalam menentukan kualitas daya listrik agar layak / sesuai dengan kebutuhan perangkat elektronik yang mengkonsumsinya. Hanya sedikit pengetahuan mengenai teknis per-kabel-an yang saya miliki. Saya kurang mengerti spesifikasi teknis mengenai kualitas, jenis dan fungsi penggunaan kabel listrik dalam instalasi sebuah rumah. Selama ini hanya mengikuti sedikit informasi yang diberikan oleh pemilik / pelayan toko penjual kebutuhan alat-alat listrik saja.
Gambar : Jalur Kabel yg salah dlm Box MCB
Gambar : Jalur Kabel yg salah dlm Box MCB

Beberapa waktu lalu (November 2012), saya diminta untuk memeriksa instalasi kabel listrik di rumah seorang family. Keluhannya adalah switch MCB pada meteran seringkali jatuh, walau pun jumlah pemakaian masih di bawah total daya terpasang (900 watt). Padahal, instalasi penggantian menggunakan kabel baru dengan kemampuan kapasitas lebih besar (kabel tunggal NYM – 3 x 2,5 mm²) belum lama dilakukan.
Saat memeriksa, saya mendapatkan hampir semua stop kontak dalam keadaan hangus. Hal yang sama terjadi pada bagian dalam kotak MCB. Disitu, saya menemukan susunan kabel terpasang di kotak MCB berbeda dengan yang ada di rumah saya (lihat gambar). Susunan kabel hitam dan kuning menancap pada dua MCB yang berbeda, sedangkan kabel biru sesuai pada tempatnya. Jadi, kabel kuning yang seharusnya ditempatkan dan berfungsi di bagian arde / ground, dialihfungsikan menjadi kabel aktif (sama dengan kabel hitam).
Cukup menarik! Listrik yang mengalir ke dalam rumah tersebut dapat berjalan “seperti normal”, hanya pada saat-saat tertentu mengalami kasus seolah-olah terjadi overload pemakaian. Saat mendapatkan hal tersebut, di kepala saya hanya ada satu cara menyelesaikan masalah yang ada, yaitu menyamakan logika dari susunan kabel terpasang di box MCB seperti di rumah saya dan mengganti seluruh instalasi kabel terpasang dengan kabel baru.

Standar pengerjaan instalasi
Gambar : Jalur Kabel dlm Box MCB
Gambar : Jalur Kabel dlm Box MCB

Ada dua standar pengerjaan pemasangan jalur utama sambungan kabel listrik ke dalam rumah yang saya lakukan. Pertama, setiap titik stop kontak tersambung dengan spesifikasi jenis kabel tunggal (NYM) 3 x 2,5 mm².  Kedua, setiap titik lampu tersambung dengan spesifikasi jenis kabel tunggal (NYM) 2 x 1,5 mm². Permintaan pembuatan “panjangan stop kontak”, dibuat dengan kabel serabut (NYMHYrd-O) 3 x 2,5 mm². Semua kabel yang digunakan adalah kabel biasa dan umum dijual di toko-toko listrik untuk kebutuhan rumah tinggal pada umumnya. Tidak ada yang istimewa. Perbedaan dengan instalasi sebelumnya terletak hanya pada sambungan awal di box MCB, dimana susunan kabel terhubung sesuai tempat yang seharusnya saja.
Alasan apa yang mendasari standar pemasangan dengan spesifikasi jenis kabel sebagaimana disebutkan sebelumnya? Mengapa untuk titik stop kontak harus menggunakan spesifikasi jenis kabel 3 muatan (hitam, biru dan kuning)? Saya tidak memiliki penjelasan ilmiah untuk itu, namun ada beberapa pengalaman yang menjadi dasar saya mengambil tindakan tersebut. Sebelum penggantian semua instalasi kabel dalam rumah dilakukan, saya menancapkan travel adaptor (sambungan stop kontak) berfitur saklar on/off ke stop kontak yang ada. Travel adaptor tersebut meledak dan mengeluarkan percikan kembang api ketika saya menekan saklar ke posisi on (menyala). Saya sama sekali tidak mengerti apa penyebabnya. Travel adaptor tersebut hangus, saya pun membuangnya. Kemudian, saya membuat panjangan stop kontak menggunakan kabel tunggal 3 x 2,5 mm². Panjangan stop kontak ditancapkan pada tempat dimana travel adaptor yang sebelumnya meledak. Kemudian travel adaptor baru ditancapkan pada panjangan stop kontak. Tidak terjadi apa-apa. Travel adaptor dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

Testing Performance

Ketika baru sebagian instalasi kabel dalam rumah diganti, saya mencoba untuk men-test fungsi stop kontak yang menggunakan jalur kabel baru dengan menggunakan travel adaptor. Saya menemukan perbedaan performance dalam pemakaian travel adaptor ini. Dengan melakukan hal yang sama (me-recharge handphone), terjadi selisih waktu ± 2 jam lebih cepat dibandingkan melalui stop kontak pada instalasi lama. Saya berkesimpulan, ada satu keterkaitan antara kualitas daya listrik yang dihantarkan dengan instalasi kabel pada box MCB jika dipasang sebagaimana mestinya. Sehingga, selain kabel berkualitas baik, benar atau tidaknya pekerjaan instalasi yang  dilakukan akan menentukan kualitas daya listrik itu sendiri. Pemasangan sisa instalasi di lanjutkan di semua titik stop kontak dengan menggunakan kabel tunggal 3 x 2,5 mm².  Apakah pekerjaan instalasi kabel yang saya kerjakan sesuai atau tidak dengan seharusnya, saya tidak tahu persis. Keadaan yang ada hingga saat ini adalah tidak pernah lagi terjadi keadaan overload pemakaian listrik sebagaimana dialami sebelumnya di rumah tersebut.

Travel Adaptor
Penggunaan beberapa unit Travel-Adaptor
Penggunaan beberapa unit Travel-Adaptor

Mengapa menggunakan travel adaptor? Saat ini, banyak perangkat elektronik yang dilengkapi dengan steker berkaki-tiga. Entah apa maksud dan tujuannya. Namun, yang saya temukan, kebanyakan perangkat elektronik ber-steker kaki-tiga memiliki performance dan daya tahan lebih baik daripada yang ber-steker kaki-dua. Travel adaptor, selain dapat mengakomodasi kebutuhan perangkat elektronik ber-steker kaki-tiga, dapat juga digunakan untuk perangkat elektronik ber-steker kaki-dua. Fungsi dari fitur saklar on / off adalah agar aliran listrik dapat dimatikan sementara steker dihubungkan masuk ke dalam travel adaptor. Ini mencegah terjadinya percikan kembang api saat steker bersentuhan dengan travel adaptor. Beberapa informasi menyatakan terjadinya percikan kembang api akibat tidak stabilnya posisi steker dengan stop kontak, dimana akhirnya akan berefek negatif pada perangkat elektronik yang terhubung menggunakan steker tersebut.

Re-check Instalasi

Satu bulan kemudian, saya kembali dan memeriksa hasil instalasi yang telah dikerjakan dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik harian di rumah tersebut. Tidak ada masalah yang dikeluhkan dan beberapa perangkat elektronik, seperti lemari es, berfungsi menjadi lebih baik. Dari hasil pemeriksaan tersebut, saya mengambil kesimpulan bahwa instalasi kabel pada setiap titik stopkontak dengan menggunakan kabel tunggal 3 x 2,5 mm² adalah hal yang tidak dapat ditawar lagi. Beberapa rekan yang jauh lebih mengerti dan memahami mengenai tehnik ke-listrik-an, juga membenarkan hal tersebut.
Jika di rumah anda mengalami masalah pada pengoperasian perangkat elektronik pada titik stopkontak tertentu, saya sarankan untuk memeriksa atau (kalau perlu) mengganti kabel lama yang menuju ke titik stopkontak bersangkutan dengan kabel tunggal 3 x 2,5 mm² baru dan stopkontak yang baru. Seandainya hendak dimatikan (tidak dipakai lagi), sebaiknya anda memutuskan sambungan / pencabangan kabel ke stopkontak yang bermasalah agar terlepas dari aliran listrik. Tindakan ini dapat menghindari efek negatif yang mungkin timbul dari bagian tersebut ke seluruh instalasi kabel yang terpasang.

Pembungkus Kabel

Dalam menyambung kabel, sebagaimana biasa diketahui, kulit pembungkus kabel dikelupas hingga tinggal serabut / batang tembaga. Kemudian dililitkan satu dengan lainnya seperti di kepang. Setelah lilitannya cukup kuat, dibungkus dengan salotip (sealtape) berwarna hitam. Cara menyambung kabel seperti ini adalah standar penyambungan kabel yang umum dikerjakan oleh tehnisi listrik, baik profesional maupun amatir. Saya pun melakukan hal yang sama awalnya.
Gambar : Sarana Pembungkus Sambungan Kawat
Gambar : Sarana Pembungkus Sambungan Kawat

Sebagaimana terlihat pada gambar, ada 3 jenis sarana pembungkus sambungan kabel, yaitu : salotip, karet bakar berbagai ukuran dan terminal sambungan (entah apa penamaan resminya). Dua sarana pembungkus sambungan selain karet bakar, pernah saya coba dan gunakan sebelumnya.Terminal sambungan merupakan sarana termudah untuk menyambung kabel. Cukup dengan mengelupaskan pembungkus tembaga, kemudian memasukkan pada lubang yang tersedia dan mengencangkan mur-nya. Saya tidak menyarankan menggunakan sarana jenis ini karena kualitas plastik hitamnya yang rendah. Mudah meleleh saat terkena panas yang dihasilkan tembaga dari kabel yang melaluinya.
Salotip merupakan sarana pembungkus lilitan tembaga paling ideal sebelum saya mengetahui keberadaan karet bakar. Kelemahan salotip ini terletak pada perekatnya yang mudah luluh ketika terkena keringat dan panas. Namun, tetap lebih baik secara keamanan daripada terminal sambungan.
Karet bakar merupakan sarana pembungkus kabel yang belum lama saya ketahui (2009). Berbentuk seperti selang kecil, terbuat dari bahan karet yang alot serta tahan panas (max. 125ยบ C). Terdiri dari beberapa ukuran, tergantung kebutuhan pemakaian. Harganya pun tergantung dari ukurannya. Semakin besar, semakin mahal. Pengaplikasiannya sangat mudah. Karet bakar dipotong sedikit lebih panjang ukuran lilitan tembaga, kemudian di sarungkan. Setelah itu dipanaskan dengan korek api gas atau pengering rambut (hair dryer). Karet bakar akan menciut dan membungkus dengan sangat baik lilitan kabel di dalamnya. Karena sifatnya yang menciut ketika terkena panas, karet bakar (menurut saya) sangat ideal untuk digunakan sebagai pembungkus sambungan kabel.

Tang Kabel
Tang Kabel Disp 0
Gambar : Tang Kabel

Alat ini sangat dapat diandalkan untuk pengerjaan membuka kulit pembungkus kawat tembaga. Saya menggunakannya setiap berurusan dengan kepentingan mengelupaskan kulit pembungkus kawat tembaga pada kabel. Jika anda suka / hobi dalam praktek listrik sederhana, tidak ada salahnya memiliki alat ini.
Cara menggunakannya sangat mudah. Kelupaskan pembungkus kabel paling luar terlebih dahulu dengan menggunakan tang potong atau cutter, hingga tinggal kawat tembaga dan pembungkusnya saja. Renggangkan kawat tembaga, lalu capit kulit pembungkusnya dengan tang kabel. Kulit pembungkus kawat akan tertarik mengikuti genggaman tangan pada tuas tang kabel. Panjang maksimal kulit pembungkus yang dapat dikelupaskan kira-kira 2,5 cm (1 inch). Kawat tembaga telanjang sepanjang itu, nyaman digunakan untuk kebutuhan membuat sambungan rumah lampu, saklar, stopkontak dan antar kabel,
Tang kabel ini dapat membuka kulit pembungkus kawat tembaga mulai berukuran kecil (untuk komponen elektronik) hingga sebesar 2,5mm. Saya belum pernah mencoba menggunakannya pada kabel berukuran diatas 2,5mm. Untuk menyesuaikan besar ukuran kawat tembaga yang hendak dikelupaskan pembungkusnya, cukup dengan memutar baut yang terletak pada bagian belakang capit. Gerakan memutar ke kiri untuk memperbesar ukuran capit, sedangkan ke kanan untuk mempersempit.
Tang Kabel Disp 1
Gambar : Penggunaan Tang Kabel

Baut ini sebaiknya dilonggarkan (diputar kekiri) lebih dulu sebelum dipakai, baru kemudian disesuaikan dengan ukuran kawat yang pembungkusnya hendak dikelupaskan. Ukuran capit terlalu sempit dapat memotong sebagian fisik kawat tembaga. Jika terlalu banyak fisik yang terpotong, kawat tembaga akan mudah putus saat diaplikasikan.
Harga alat ini tidak terlalu mahal (tergantung pabrikan pembuatnya), kira-kira pada kisaran Rp. 30.000,- per unit. Peredaran alat ini di pasaran tidak sebanyak alat-alat yang umum lainnya seperti tang potong atau tang buaya, karena penggunaannya lebih spesifik pada kebutuhan penanganan kabel.

Kabel Tunggal dan Serabut

Saya sudah terbiasa untuk membuat panjangan stopkontak menggunakan kabel serabut (NYMHYrd-O – 3 X 2,5 mm²) daripada kabel tunggal (NYM – 3 x 2,5 mm²). Penyebab utamanya adalah kabel serabut memiliki fleksibilitas yang tinggi untuk beradaptasi dengan bentuk dan ruang. Beberapa sumber informasi mengatakan bahwa kualitas kabel serabut lebih baik dari kabel tunggal dalam menghantarkan arus listrik. Banyak praktisi lapangan mengatakan pendapat yang sama mengenai hal ini. Secara harga per meter pun, lebih tinggi dari kabel tunggal. Sejauh mana dan seperti apa kategori “lebih baik” yang dimaksudkan, saya tidak mengerti. Jika diperhatikan pada sekitar kita sehari-hari, setiap steker pada perangkat elektronik selalu dilengkapi dengan kabel serabut, bukan kabel tunggal. Mungkin, secara tehnis, kabel serabut memang memiliki kemampuan dan kualitas lebih baik dari kabel tunggal. Bagi saya, tidak ada kelebihan lain dari kabel serabut dengan kabel tunggal selain memiliki sifat fleksibilitas yang tinggi (tidak mudah patah). Anda dapat menemukan pembahasan lebih jauh mengenai kabel di artikel MCB, Kabel dan Beban Daya.

Referensi

Untuk memperoleh kepastian benar atau tidaknya tehnik instalasi listrik yang telah dikerjakan, saya mencoba mencari informasi dan pembahasan mengenai hal tersebut di internet. Saya menemukan beberapa artikel menarik mengenai penanganan listrik secara umum pada situs Belajar Listrik. Mulai dari istilah perangkat listrik secara umum, pemasangan box sikring maupun MCB, pemasangan saklar lampu tunggal dan ganda hingga cara penginstalasian listrik di seluruh rumah. Dengan disertai ilustrasi skema yang rapi, membuat pembahasan artikel terkait lebih mudah dimengerti secara awam. Artikel-artikel mengenai listrik di situs tersebut, menurut saya, cukup untuk menjadikan seorang awam mengerti tindakan apa yang harus diambil dalam mengerjakan dasar instalasi listrik secara sederhana di sebuah rumah.

Semoga bermanfaat !


*Sumber : www.listrikdirumah.com 

MCB, Kabel dan Beban Daya

Pada meteran listrik PLN, biasanya kita akan menemukan sebuah perangkat yang dinamakan MCB. Umumnya, kita berhubungan dengan alat ini untuk kepentingan menyalakan dan mematikan arus listrik yang masuk ke dalam rumah. Sehingga, pengenalan kita mengenai fungsi MCB cenderung mirip dengan fungsi saklar lampu di dalam rumah yang digunakan untuk menyala-matikan lampu saja. Memang benar demikian adanya salah satu dari fungsi MCB yang kita kenal. Namun, ada fungsi lain dari MCB yang cukup penting untuk diketahui.

Fungsi lain MCB
Miniature Circuit Breaker atau lebih dikenal dengan singkatan MCB, lebih ditujukan keberadaannya untuk kepentingan membatasi beban arus listrik hingga level tertentu. Pengertian level tertentu disini adalah besar beban / kapasitas arus listrik yang diperkenankan untuk beredar dalam jaringan kabel di sebuah area (rumah / ruangan). MCB tidak dibuat untuk mengatur (smart control) besar arus listrik. Fungsinya hanya membatasi (dumb control) arus listrik saja. Berapa pun besar input daya ke dalam MCB, maka daya listrik yang menjadi keluaran dibatasi hanya sebesar sesuai kapasitas dari MCB saja. Jika terjadi perubahan besaran daya listrik melebihi kapasitas yang dimilikinya, maka switch MCB akan turun (mati). Inilah fungsi lain dari MCB yang kita perlukan, yaitu menjaga / membatasi gerak peredaran arus listrik agar tetap pada porsinya.
Saya tidak tahu bagaimana konsep tehnik kerja dari MCB. Namun, berdasarkan beberapa kejadian yang saya berhasil tangkap, MCB bereaksi terhadap perubahan naik (lonjakan) voltase dari input daya dan output daya. Lonjakan voltase input daya berasal dari asupan listrik PLN, sedangkan lonjakan voltase output daya berasal dari ketidaksesuaian perlakuan terhadap pemakaian daya di dalam rumah. Kondisi lonjakan voltase ini juga mempengaruhi besar daya (Watt) arus listrik yang sedang beredar dalam jaringan kabel.
Maksud ketidaksesuaian perlakuan terhadap pemakaian daya adalah hal-hal yang berhubungan dengan pemakaian daya di rumah diluar batas yang telah ditentukan. Baik dilakukan dengan tidak sengaja; ataupun ketidaksesuaian kapasitas perangkat penunjang beban arus listrik (seperti kabel dan MCB); maupun ketidakpahaman relasi / hubungan antar perangkat penunjang beban arus listrik.
Pembahasan selanjutnya lebih menitikberatkan pada ketidaksesuaian perlakuan terhadap pemakaian daya dari dalam rumah. Karena faktor penyebab lonjakan voltase dari luar sangat bergantung dari peran pihak PLN. Tidak ada yang dapat kita lakukan di bagian itu.

Kapasitas MCB
Perhitungan besar daya listrik (Watt), diperoleh berdasarkan perkalian antara satuan Ampere dengan Volt (tegangan). Kita bisa mengetahui besar daya listrik terpasang dan masuk ke dalam jaringan kabel di dalam rumah cukup dengan mengetahui besaran Ampere dan Voltase yang tertera pada unit MCB di meteran PLN. Biasanya kode yang menyatakan satuan Ampere didahului dengan huruf C, misalnya C4, C6, C10, C20 dan seterusnya. Sedangkan untuk kode yang menyatakan satuan Volt dapat langsung dikenali dari tulisan yang tertera seperti 230V/400V. Misalnya, instalasi listrik terpasang berkapasitas 1300VA ~ 220Volt, akan dikodekan dengan C6 dan 230V/400V. Kode C6 menunjukkan besaran 6 Ampere dan kode 230V menunjukkan besaran tegangan sebesar 220 Volt. Jadi, untuk menghitung berapa besar daya dari instalasi listrik terpasang di rumah, kita tinggal meng-kali-kan angka 6 dan 220 menjadi 1320 (Watt). Saya tidak mengetahui mengapa kode besaran voltase tertera sebagai 230V/400V. Mungkin ada pengkodean tehnik listrik tersendiri yang menjadikannya seperti itu.

Penggunaan MCB
Perangkat MCB ini tidak hanya selalu harus digunakan bersamaan dengan perangkat meteran listrik PLN. Alat ini dapat difungsikan berdiri sendiri dan dapat kita temukan pada box MCB dalam rumah. Fungsi MCB dalam box MCB dalam rumah lebih ditujukan untuk kepentingan pembagian batas besar daya yang dapat digunakan dalam sebuah jaringan kabel di satu / beberapa area / ruangan. Di bagian inilah sering menimbulkan kerancuan dan kebingungan terhadap kondisi dan perilaku listrik yang sebenarnya.
Dalam menetapkan besaran kapasitas MCB yang hendak dipasang pada satu / beberapa area / ruangan, dapat dilakukan dengan dua cara :permanen dan fleksibel.
Pengertian permanen (tetap) disini adalah setiap area hanya dibatasi hingga besaran tertentu saja. Dengan cara ini, besar kapasitas listrik terpasang di bagi sedemkian rupa ke setiap ruangan. Sehingga, sebesar apapun pemakaian daya yang terjadi dalam satu ruangan, tidak akan mengganggu pemakaian daya di ruangan lainnya. Pada kasus-kasus tertentu, cara ini memiliki sisi merugikan. Karena daya listrik yang ada tidak dapat dipakai seluruhnya, walau pun daya tidak terpakai masih tersedia dan memungkinkan untuk digunakan.
Misalnya, sebuah rumah berdaya 30 Ampere (6600 Watt) ~ 220 Volt dibagi menjadi 3 MCB yang masing-masing berkapasitas 10 Ampere untuk memenuhi kebutuhan daya 3 area / ruangan dalam rumah. Akibatnya, pemakaian daya di setiap area / ruangan hanya dapat dilakukan hingga batas 10 Ampere (2200 Watt) saja. Walau pun tidak terjadi pemakaian daya di ruangan lainnya, pemakaian daya yang diperkenankan tetap hanya 10 Ampere saja per ruangan. Sehingga, jika terjadi pemakaian daya melebihi 10 Ampere di sebuah ruangan, hanya akan menyebabkan MCB ruangan itu saja yang “trip”. Tidak akan berefek pada ruangan lainnya.
Pengertian fleksibel (dinamis) adalah penggunaan daya di setiap area tidak dibatasi atau memiliki besaran yang sama dengan kapasitas MCB pada meteran PLN. Dengan menerapkan cara ini, seluruh daya listrik yang ada di seluruh rumah dapat diberdayakan hanya dalam satu ruangan saja. Tentu saja dengan kondisi tidak ada pemakaian daya di ruangan lainnya. Sisi merugikan dalam penerapan cara ini adalah jika terjadi pemakaian daya secara bersamaan dan jumlahnya di atas kapasitas listrik terpasang, maka akan berefek ke seluruh rumah.
Misalnya, sama dengan kondisi contoh rumah sebelumnya, hanya kapasitas MCB yang terpasang di masing-masing ruangan adalah 30 Ampere. Akibatnya, daya yang tersedia (30 Ampere) dapat dimanfaatkan sepenuhnya dalam satu ruangan saja. Namun, cara ini memiliki kecenderungan untuk pemakaian daya melebihi kapasitas listrik terpasang. Jika terjadi pemakaian daya dengan formasi : Ruangan 1 = 10 Ampere,  Ruangan 2 = 10 Ampere, Ruangan 3 = 11 Ampere; maka MCB pada meteran PLN akan “trip” (jatuh). Dan ini akan berefek pada seluruh ruangan / area rumah.
Jika kita sama sekali tidak mengerti mengenai listrik, pembagian daya secara permanen adalah pilihan yang lebih mudah dan aman untuk diterapkan di rumah. Cara ini akan memudahkan kita untuk mengetahui dengan cepat jika terjadi masalah listrik di salah satu ruangan. Dampak lain dari penerapan cara ini adalah “memaksa” penghuni rumah yang menempati ruangan tersebut bertindak efektif dalam pemakaian daya listrik di ruangannya.
Besar pembagian daya menggunakan MCB ini, tidak harus sama di setiap ruangan. Kita dapat memasang besaran kapasitas MCB sesuai dengan kebutuhan dan fungsi ruangan. Ada baiknya menggunakan parameter / ukuran berdasarkan frekuensi aktivitas harian yang berlangsung dalam ruangan. Misalnya, memasang kapasitas MCB lebih besar untuk area dapur daripada area kamar tidur / ruang keluarga. Namun hal penting untuk diperhatikan adalah menghindari total kapasitas MCB yang terpasang di dalam rumah melebihi kapasitas MCB pada meteran PLN. Ini semata-mata untuk menjaga keamanan dan kenyamanan pemakaian daya listrik sehari-hari.
Untuk cara memasang unit MCB di box MCB di dalam rumah, anda dapat membacanya pada artikel Memasang unit MCB.

Kapasitas kabel menahan beban voltase (Volt)
Besar kapasitas beban voltase yang menjadi keluaran MCB ini harus diimbangi dengan kapasitas yang sama pada kabel dalam menahan beban voltase. Besar fisik kawat tembaga yang diperkenankan boleh lebih besar ataupun lebih kecil dari kapasitas listrik terpasang. Tergantung dari kebutuhan dan tujuan pemakaian, namun yang terpenting harus dapat menahan beban voltase sesuai tertera pada MCB (230/400V). Kode ini tertera pada pembungkus kabel sebagai 300 / 500V. Ketidaksesuaian kemampuan menahan beban voltase pada kawat tembaga (lebih kecil), akan membuat kondisi kawat mudah menjadi panas. Pada titik tertentu, suhu panas yang dihasilkan mampu me-leleh-kan karet pembungkus kawat. Jika sudah mencapai kondisi seperti ini, biasanya switch MCB akan mudah “trip”.

Kapasitas kabel dalam menahan beban daya (Watt)
Tabel di bawah ini, saya peroleh dari situs beralamat http://teguhpati.blogspot.com/2012/09/rumus-menentukan-diameter-kabel.html?m=1. Anda dapat membaca pembahasan mengenai detail tehnik dari tabel ini pada alamat tadi. Judul kolom ke-2 adalah “Penampang Kabel (mm²)” yang mana dalam artikel ini diartikan sebagai besar fisik kawat tembaga. Sedangkan judul kolom ke-3 adalah “Kemampuan membawa Arus (Ampere)” yang dalam artikel ini diartikan sebagai besar beban arus listrik (daya). Angka-angka pada tabel ini menjelaskan kesesuaian antara besar fisik kawat tembaga dengan beban arus listrik yang mampu dilewatinya / dihantarkan.
tabel kemampuan hantar arusKapasitas kabel dalam menahan beban daya (Watt), kurang-lebih konsepnya mirip dengan kapasitas kabel dalam menahan beban tegangan (Volt). Namun disini lebih menitik beratkan pada besar fisik kawat tembaga dalam kabel. Jadi, keluaran daya (Watt) MCB juga harus diimbangi dengan kapasitas yang sama dengan kemampuan kabel menahan beban daya (Watt). Kemampuan kabel dalam menahan beban daya lebih ditentukan oleh ukuran fisik kawat tembaga yang dimilikinya. Anda dapat melihatnya pada angka yang tertera pada tabel tabel di atas.
Pengertiannya disini adalah untuk kapasitas listrik 4400 Watt, kita tidak harus menggunakan kabel dengan fisik kawat tembaga 2,5mm². Maksud fungsi ketebalan fisik kawat tembaga 2,5mm² disini adalah dapat digunakan untuk menahan beban penggunaan daya hingga 4400 Watt. Jadi, jika instalasi listrik terpasang di rumah 4400 Watt dan anda hendak menggunakan seluruh daya 4400 Watt untuk menjalankan satu / beberapa perangkat elektronik sekaligus, maka kabel yang disarankan untuk itu adalah kabel dengan (minimum) fisik kawat tembaga 2,5mm².
Contoh lain : pada instalasi listrik terpasang 4400 Watt (20 Ampere), tidak ada masalah jika anda hendak memasang dan menggunakan kabel dengan besar fisik kawat tembaga 1,5mm² untuk kebutuhan pemakaian perangkat elektronik hingga batas daya sebesar 3960 Watt (18 Ampere). Memang lebih kecil dari fisik kawat tembaga yang digunakan untuk menahan beban daya seluruh kapasitas listrik terpasang sebesar 4400 Watt, dan itu tidak masalah, selama penggunaan pemakaian dayanya maksimal 3960 Watt saja.
Apa yang terjadi jika pemakaian daya melebihi 3960 Watt? Saya belum pernah mencoba mempraktekkannya. Teori yang ada dikepala saya adalah hal itu masih dapat dilakukan tanpa membuat MCB trip, namun dengan resiko kabel akan menjadi panas setelah pemakaian dalam waktu cukup lama. Sama dengan kasus kelebihan beban voltase, suhu panas yang dihasilkan kawat tembaga mampu me-leleh-kan pembungkus kawat dan pada titik tertentu akan menyebabkan MCB trip.

Ukuran ideal fisik kawat tembaga
Jika mengacu pada tabel kemampuan hantar arus di atas, fisik kawat tembaga berukuran 0,75mm² pada tegangan 220 Volt mampu untuk menahan beban daya hingga sebesar 12 Ampere x 220 Volt = 2640 Watt. Jadi, kabel dengan fisik kawat tembaga 0,75mm² bisa digunakan pada jaringan kabel untuk instalasi listrik terpasang mulai dari 450 hingga 2200 Watt. Benarkah demikian? Secara teori, hal tersebut adalah mungkin untuk diterapkan. Dalam prakteknya, hampir setiap jaringan kabel di rumah siap huni memiliki spesifikasi ukuran fisik kawat tembaga minimal 1,5mm² s/d 2,5mm².
Di dalam kehidupan sehari-hari, pada rumah tinggal kelas menengah ke bawah, rata-rata konsumsi daya listrik sebuah / beberapa perangkat elektronik pada umumnya berada pada kisaran 100 hingga 1000 Watt. Walaupun terjadi pemakaian daya hingga melebihi kapasitas listrik terpasang, hal tersebut akan diantisipasi dengan jatuhnya switch MCB meteran PLN. Lalu, dengan kapasitas instalasi listrik terpasang berada pada kisaran 450 s/d 2200 Watt, masihkah kiranya diperlukan fisik kawat tembaga sebesar 2,5mm² sebagai spesifikasi dasar jalur kabel stopkontak? Ataukah cukup hanya dengan menggunakan ukuran 1,5mm² saja? Jadi, ukuran mana yang harus dipakai untuk digunakan pada instalasi jaringan kabel? 2,5mm² atau 1,5mm²? Atau sesuai berdasarkan angka yang tertera pada tabel di atas?
Menurut saya, sebesar apapun ukuran fisik kawat tembaga, selama kemampuan hantar arusnya sama dengan atau lebih besar dari kapasitas instalasi listrik terpasang, dapat dikategorikan sebagai ukuran ideal. Namun, bagaimanapun juga, apa yang saya nyatakan tidaklah memiliki dasar pengetahuan kelistrikan secara formal. Dasar dari tindakan yang saya lakukan dalam menangani listrik hanyalah pengalaman belaka (non formal). Untuk itu, parameter ukuran terbaik / ideal yang saya ambil dalam menentukan ukuran kabel, cenderung pada efek yang berhasil saya tangkap saat perangkat elektronik di rumah dioperasikan. Semakin rendah efek negatif yang ditimbulkan, semakin baik kualitas kabel yang digunakan. Begitulah kira-kira parameternya, dan itu bukan ukuran tehnik yang sebenarnya atau diakui keabsahannya secara akademis. Sehingga, berlebihan atau tidaknya keputusan saya dalam menentukan ukuran kawat tembaga sebesar 2,5mm² (pada jalur stopkontak) dan 1,5mm² (pada jalur rumah lampu) dari sudut pandang akademis, saya tidak mau terlalu memerdulikannya.
Hingga saat ini, saya belum pernah menemukan masalah pada jalur kabel stopkontak yang dipasang menggunakan fisik kawat tembaga 2,5mm² pada rumah tinggal dengan instalasi listrik terpasang berkapasitas 900, 1300 dan 2200 Watt. Kecuali, terjadi kesalahan dalam instalasi pemasangan jalur dan sambungan kabelnya. Demikian juga halnya untuk jalur kabel rumah lampu (1,5mm²). Ini juga yang menjadikan alasan bagi saya untuk tetap tidak menggunakan kabel dengan fisik kawat tembaga di bawah ukuran 2,5mm² (jalur stopkontak) dan 1,5mm² (jalur rumah lampu ).

Faktor penentu ukuran kawat tembaga
Hasil eksperimen yang saya kerjakan selama 1 tahun memperlihatkan bahwa untuk menyalakan lampu berkapasitas daya sebesar 5 Watt cukup dengan menggunakan fisik kawat tembaga sebesar 0,75 mm². Tidak perlu hingga 1,5 mm². Namun, ada beberapa hal / faktor yang cukup rumit dalam penerapannya, terlebih lagi jika kita membuat pencabangan untuk stopkontak.
  • Faktor I – Perbedaan ukuran kawat tembaga : Membuat pencabangan kabel untuk rumah lampu dengan mengambil sumber daya dari jalur kabel stopkontak adalah hal biasa ditemukan pada jaringan kabel di rumah siap huni. Mungkin hal itu memang telah menjadi standar untuk diterapkan di rumah siap huni. Seandainya besar ukuran sambungan kabel rumah lampu 0,75mm² dan 2,5mm² untuk stopkontak; tidaklah mudah membuat sambungan antar kabel yang rapi dari kedua ukuran kawat tembaga tersebut. Bisa dilakukan, namun tidak mudah pengerjaannya.
  • Faktor II – Mudah diperoleh : Tidak semua ukuran kabel mudah diperoleh dan dijual murah di pasaran. Saya dengan mudah mendapatkan kabel dengan spesifikasi kawat 2,5 mm² dan 1,5 mm² dari brand / merk yang sama di pasaran dengan harga grosir, tetapi tidak demikian halnya untuk ukuran 1 mm² dan 0,75 mm².
  • Faktor III – Kemampuan menahan beban : Jumlah pencabangan stopkontak yang menginduk pada satu jalur kabel adalah kasus yang sering terabaikan. Faktor ini terlihat sepele namun dalam prakteknya sering membawa masalah tidak terduga di kemudian hari. Semakin banyak cabang stopkontak dibuat dari satu kabel induk, semakin besar kemungkinan beban arus listrik yang harus ditanggung oleh kabel induk. Kita tidak pernah menduga berapa besar beban arus listrik yang harus ditanggung oleh sebuah kabel induk, karena tidak selamanya kita memperhatikan besar konsumsi daya perangkat elektronik yang terhubung pada setiap stopkontak. Kita pun tidak akan selalu mengingat sumber pencabangan dari stopkontak-stopkontak yang ada. Tidak ada masalah untuk kasus kelebihan pemakaian daya, karena akan langsung diantisipasi oleh MCB meteran PLN. Namun, bagaimana jika terjadi kenaikan voltase? Batas waktu (time frame) dan besaran kenaikan voltase yang dapat ditahan oleh kabel adalah dua hal berbeda yang (mungkin) bisa terjadi secara bersamaan dengan efek yang sulit diprediksi. Walaupun pada titik tertentu akan diantisipasi juga oleh MCB, berapa besar efek negatif telah dihasilkan terhadap kabel sebelum MCB berhasil menghentikannya?
Faktor terakhir inilah yang memaksa saya untuk tetap menggunakan kabel dengan ukuran fisik kawat lebih besar daripada kapasitas listrik terpasang. Harapan saya atas efek tindakan ini adalah saat listrik berada di atas kondisi normal, sebelum diputuskan alirannya oleh MCB, kabel masih mampu menahan kelebihan beban tanpa menimbulkan efek negatif pada sebagian / seluruh jaringan kabel.
Ide membuat jaringan kabel menggunakan fisik kawat tembaga berukuran besar (di atas kapasitas listrik terpasang) yang dibatasi oleh kapasitas MCB, telah saya terapkan bersamaan dengan pengerjaan instalasi stabilizer 3000VA di rumah. Hasilnya, hingga saat ini hanya dua penyebab MCB trip di rumah saya, yaitu lonjakan voltase dari asupan listrik PLN atau pemakaian perangkat elektronik secara bersamaan hingga melebihi kapasitas listrik terpasang.

Instalasi jaringan kabel yang ideal?
Idealnya, ada pemisahan antar MCB untuk sambungan stopkontak dengan lampu dalam sebuah jaringan kabel di sebuah rumah. Dengan demikian, kapasitas MCB untuk masing-masing kebutuhan dapat dibedakan. Terpisahnya jalur lampu penerangan dengan stopkontak, akan memudahkan kita untuk pemeliharaan dan perawatan serta memodifikasi jalur distribusi (pencabangan stop kontak / rumah lampu) peredaran arus listrik di rumah. Spesifikasi kabel yang terpasangpun dapat disesuaikan dengan besar kebutuhan pemakaian daya dari masing-masing jalur kabel. Namun, semua itu kembali pada keadaan awal rumah yang kita tempati. Apakah saat rumah dibangun telah dipikirkan secara matang pemasangan jaringan kabelnya? Bukan hal mudah dan murah untuk membuat jaringan kabel yang ideal, dan kondisi ideal ini tidak akan kita temukan pada mayoritas rumah siap huni. Terlebih lagi untuk rumah kelas menengah ke bawah.
Kenyataan yang ada, kondisi jaringan kabel di mayoritas rumah siap huni mirip seperti benang kusut. Terutama pada sambungan pencabangan antar kabel. Jangankan berharap pada kondisi ideal, layak pakai pun (minimum requirement) belum tentu terpenuhi. Memang, tidak semua rumah siap huni memiliki instalasi jaringan kabel yang buruk. Namun demikian, bukan berarti 100% aman dan layak untuk digunakan. Lalu, seberapa besar tingkat ketidaksesuaian jaringan kabel yang masih dapat ditoleransi? Apakah masih bisa disiasati agar kondisinya menjadi layak pakai?
Salah satu cara termurah namun efektif untuk mendapatkan kondisi layak pakai adalah menyamakan spesifikasi fisik kawat tembaga jalur kabel rumah lampu maupun stopkontak. Jadi, kalaupun diperlukan tindakan penggantian kabel, hanya sebatas pada spesifikasi yang berbeda saja, tidak semua. Kesulitan untuk mengerjakannya adalah setiap jalur kabel harus ditelusuri satu per satu. Ini adalah cara yang saya kerjakan pertama kali untuk membenahi jaringan kabel di rumah. Setelah semua kabel memiliki kesamaan spesifikasi, penyebab permasalahan pemakaian daya dapat mudah diidentifikasikan. Umumnya, ada pada sambungan antar kabel yang belum diperbaiki atau ketidaksesuaian / rendahnya kualitas stopkontak dan saklar lampu.
Menggunakan cara ini, setidaknya, kita bisa mendapatkan kondisi jaringan kabel layak pakai. Dengan memahami distribusi arus listrik dalam jaringan kabel, kita dapat memerkirakan sejauh mana pengembangan / perbaikan perlu dilakukan berdasarkan kondisi yang ada.

Perlunya mengetahui jenis kabel
Sejak awal, saya selalu berpedoman bahwa hanya ada dua jenis kabel yang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan media penghantar arus listrik di rumah, yaitu kabel tunggal dan serabut. Itulah perbedaan fisik paling mendasar dan dapat langsung dikenali mata telanjang dari kabel-kabel yang beredar dipasaran. Bagaimana kedua jenis kabel ini memiliki “turunan”-nya, baru saya peroleh beberapa tahun kemudian setelah membenahi jaringan kabel di rumah sendiri. Turunan / strain dari masing-masing kabel tersebut dapat langsung dikenali perbedaannya berdasarkan tingkat ketebalan dan jumlah lapisan pembungkusnya. Hal yang menjadi parameter hingga akhirnya saya menggunakan kabel tunggal untuk dipakai membangun jaringan kabel di rumah adalah kemampuannya menangani beban arus listrik dengan baik. Selain mudah ditemukan dipasaran dengan harga relatif lebih murah dari kabel serabut, kabel tunggal juga banyak disarankan oleh praktisi listrik di lapangan untuk dijadikan standar  kabel pada jaringan kabel di rumah.
Ternyata, memang ada perbedaan peruntukkan pemakaian kabel berdasarkan jenisnya. Peruntukkan pemakaian kabel ini, diwakili dengan kode tertera pada pembungkusnya. Berbeda kode, maka peruntukkan pemakaian kabel pun berbeda. Seringkali pengkodean ini diabaikan karena kemiripan satu dengan lainnya. Sehingga akhirnya spesifikasi ukuran kawat tembaga dan beban voltase yang digunakan sebagai parameter. Misalnya, kabel untuk kebutuhan peralatan elektronik memiliki kode NYMHY dengan spesifikasi kawat tembaga serabut 2 x 1,5mm² (NYMHY ~ 2 x 1,5mm² ~ 4 OM). Ketika saya membeli kabel ini, penjualnya meng-klaim, bahwa jenis kabel ini mampu menahan beban pemakaian daya perangkat elektronik berkapasitas hingga 2000 Watt pada tegangan 220Volt (?). Kemudian, saya membuat panjangan stopkontak dengan kabel jenis ini dan menggunakannya untuk pemakaian vacuum cleaner (Wet & Dry) berdaya 800 Watt. Vacuum cleaner itu sendiri harus diistirahatkan selama 5 menit setelah 20 menit pemakaian. Saya menggunakannya selama kira-kira 1,5 jam untuk membersihkan genangan air. Tidak ada masalah apa pun. Kabel tetap dingin dan kinerja perangkat elektronik tetap stabil. Dilihat secara fisik kabel, biasa saja. Tidak sebesar kabel serabut berkode NYMHYrd-O ~ 2 x 1,5mm² ~ 300/500V. Malahan hampir sama besarnya dengan kabel serabut NYMHYrd-O ~ 2 x 0,75mm² ~ 300/500V.
Pertanyaannya, apakah jenis kabel serabut NYMHY ~ 2 x 1,5mm² ~ 4 OM memiliki kemampuan yang sama dengan jenis kabel tunggal NYM ~ 2 x 1,5mm² ~ 300/500V?
Atau dapatkan jenis kabel serabut NYMHYrd-O ~ 3 x 2,5mm² ~ 300/500V dijadikan sebagai pengganti jenis kabel tunggal NYM ~ 3 x 2,5mm² ~ 300/500V yang biasa digunakan untuk menyambung terminal stopkontak di dinding?
Jawaban yang saya peroleh dari penjualnya adalah jenis kabel serabut (apapun turunannya) bukan diperuntukkan pada kebutuhan menyambung terminal stopkontak di dinding seperti jenis kabel tunggal. Terminal stopkontak di dinding terpasang ditujukan untuk segala macam kebutuhan pemakaian daya. Salah satunya adalah pemakaian daya listrik secara konstan. Seperti untuk pemenuhan kebutuhan daya lemari es / kulkas. Jenis kabel tunggal, memang dirancang (salah satunya) untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Berbeda dengan kabel serabut, yang dirancang untuk kebutuhan pemakaian daya sesekali saja (tidak konstan). Dengan kata lain, kemampuan menghantarkan arus dari kabel tunggal dan serabut adalah sama. Namun, penerapan pemakaiannya saja yang berbeda.
Kalau dipikir lebih jauh, alasan peruntukkan kabel tunggal dan serabut yang disampaikan ini, cukup masuk akal. Jika diperhatikan, hampir semua produk perangkat elektronik selalu dilengkapi dengan kabel serabut sebagai media penghantar input daya listriknya. Namun, apakah memang demikian kebenarannya, saya tidak tahu.
Pernah dinyatakan di salah satu artikel, bahwa saya selalu membuat panjangan stopkontak menggunakan jenis kabel serabut NYMHYrd-O karena tingkat fleksibilitas menyesuaikan bentuk ruang yang tinggi. Secara fisik kawat tembaga-pun, kabel serabut dinyatakan lebih baik daripada kabel tunggal. Selama ini saya tidak pernah mengalami masalah dengan pemakaian jenis kabel serabut NYMHYrd-O, karena memang selalu digunakan untuk dijadikan panjangan stopkontak saja yang pemakaian dayanya tidak konstan. Tidak pernah dijadikan sambungan stopkontak permanen di dinding.
Hingga saat ini, penerapan peruntukkan jenis kabel terbaik bagi saya, tetap menganut pakem yang sebelumnya telah dikerjakan yaitu kabel tunggal digunakan untuk dipasang di dinding dan kabel serabut sebagai panjangan stopkontak saja. Bagaimanapun model dan tipe turunan kabel yang ada, tetap mengacu pada pakem tersebut.

Memanfaatkan keberadaan MCB
Dengan adanya pemahaman mengenai peruntukkan fungsi penggunaan setiap jenis kabel ini, spesifikasi kabel lainnya yang perlu diketahui hanya pada fisik ketebalan kawat tembaga dan kemampuan menahan beban voltase saja. Jika semua spesifikasi kabel yang terpasang pada jaringan kabel sudah sesuai, maka kita dapat memanfaatkan MCB untuk meminimalisir lamanya waktu kondisi “overload” arus listrik yang terjadi. Hal ini, setidaknya dapat mencegah / menghindari kemungkinan terjadinya kerusakan perangkat elektronik yang ada. Dengan demikian, pemilihan kapasitas MCB yang akan dipasang dalam box MCB, harus benar-benar dipikirkan secara matang. Tindakan ini akan menjadikan MCB berperan sebagaimana fungsi sebenarnya, yaitu menjaga arus listrik tetap pada porsinya.
Kemungkinan MCB rusak akibat dijadikan gerbang pertama dalam menghadapi setiap kondisi overload arus listrik adalah cenderung pasti terjadi. Bagi saya, ini adalah salah satu pilihan / cara terbaik dalam mengantisipasi kerugian yang lebih besar dari kerusakan akibat kelebihan beban arus listrik.
Pengalaman saat menangani penggantian kabel di rumah, membawa saya pada sedikit pemahaman mengenai peran dan fungsi MCB dalam melengkapi keamanan instalasi listrik serta kenyamanan pemakaian daya yang lebih baik di rumah. Berdasarkan beberapa kode-kode yang tertera pada MCB di meteran PLN, kita dapat langsung mengenali besar beban arus listrik dan kapasitas unit MCB serta spesifikasi fisik kawat tembaga yang seharusnya ada dalam jaringan kabel. Memang ada keterkaitan erat antara beban daya listrik dengan fisik kawat tembaga dalam kabel. Untuk mendapatkan standar kualitas listrik yang memadai, kapasitas dari faktor pendukung keberadaannya perlu diperhitungkan secara matang. Umumnya, permasalahan listrik yang terjadi di rumah, berkisar pada ketidaksesuaian antara ketiga faktor (MCB, kabel dan beban daya) tersebut. Setidaknya, dengan memenuhi standar ukuran sebagaimana yang seharusnya digunakan, kita dapat terhindar dari kerugian atas kerusakan perangkat elektronik di rumah akibat perilaku tidak terduga arus listrik dalam jaringan kabel di rumah.

Semoga bermanfaat…!

Jumat, 17 Januari 2014

TIPS top eleven

Pada Pos kali ini saya akan berbagi tips formasi taktik yang cocok untuk tim kalian. Banyak yang bilang bahkan formasi terbaik adalah
4-1dmc-3mc-2st. Tapi menurut saya formasi yang terbaik yaitu 4-3-3
meskipun formasi nya cenderung menyerang tapi formasi ini cukup di bilang seimbang terbukti waktu saya masih di level 2 juara 1. Di musim berikut nya pun juara 2, ini beneran no hoax bisa liat di top eleven yang punya saya.




Formasi 4-3-3
Saya menyarankan taktiknya bertahan, perpaduan, seluruh lapangan, umpan perpaduan, takel mudah, serangan balik, no offside trap
Formasi 4-4-2
Formasi nya full balanced di semua lini seimbang, taktik nya menyerang, perpaduan, full pitch, umpan perpaduan, serangan balik, no offside trap
formasi 4-4-1amc-1
Formasi ini cocoknya bila tim anda diatas bintang 5 mungkin tim anda tidak terkalahkan.
taktiknya normal, perpaduan, full pitch, umpan perpaduan, serangan balik, offside trap

Sekedar Tips 
  • Menurut saya taktik di atas yang paling bagus, secara pengalaman pribadi saya.
  • Tapi misal nya tim anda kurang pemain bintang nya, usahakan pemain yang lebih banyak bintang nya
  • dari pada pemain lain, mainkan saja walaupun formasi nya misal 4-4-2 karna ada pemain berbintang nya lebih dari pemain lain misal formasinya jadi 3dc-2dmr/dml-3mc-2st.
  • Kalo bid pemain usahakan anda jangan menyela pemain yang sudah di bid, lebih baik cari aman saja bid lah pemain yang kosong atau belum ada yang nge bid pemain itu.
  •  Sebelum bid pemain saya sarankan untuk melihat riwayat pemain itu dulu.
  • Jangan terpacu pada pembelian pemain muda, karna belum tentu pemain itu bisa beradaptasi dengan pemain yang lain atau formasi kita.
  • Lebih baik dalam pembelian gunakan saja negosiasi (negosiasi terbuka setelah level 4) lebih mudah gampang  tanpa lebih banyak token yang kita keluarkan.Tapi pilihlah tim asal pemain itu dulu lihat dahulu apakah pemain itu masih di butuhkan atau tidak, maksudnya apakah tim itu sudah kebanyakan pemain bintang atau posisi pemain nya sudah terpenuhi atau belum.
  • Usahakan bila ingin nge bid pemain token nya harus lebih dari 15 token.
  • Jangan terlalu agresif pada pelelangan pemain, jangan meremehkan tim dengan kualitas pemain rendahan.Bisa jadi dia punya token lebih banyak dari yang anda punya, seperti saya yang kalah lebih dari 30 token lol..
  • Negosiasi adalah pilihan terbaik kasihlah tim itu 2 token saja sekitar 13 token yang di keluarkan pasti langsung deal, dari pada bid pemain, pemain nya gak dapet token hilang 15.
  • Belilah pemain pada musim baru, Jangan beli pemain 1 minggu sebelum mulai musim baru karna rugi
Ya semuanya terserah pada diri anda masing-masing, saya hanya memberikan masukan.