Senin, 16 November 2015

PEMUDA TOUNA DAN PEMIMPIN MUDA



PEMUDA TOUNA DAN PEMIMPIN MUDA 
Oleh : Idrus Dulah

“Beri aku sepuluh orang pemuda, maka akan kuguncang dunia”-Bung Karno.


                Di era praproklamasi kemerdekaan 1945, peran kaum muda menjadi penentu diproklamirkan akhir dari penjajahan kolonialisme dan fasisme jepang atas bangsa Indonesia. Ini dibuktikan dengan hadirnya kelompok pemuda yang menculik dan mendesak sang proklamator untuk segera merancang naskah kemerdekaan dan segera membacakannya dihadapan rakyat Indonesia dalam rapat umum terbuka dilapangan ikada. Yang lebih penting lagi adalah tokoh sentral, muazdin proklamasi adalah juga tergolong pemuda (dari segi usia), yang tak lain adalah Soekarno yang saat itu baru berusia 44 tahun, didampingi Mohammad Hatta (45 tahun) dan Sutjan Sajhrir (29 Tahun) yang setelahnya menjadi perdana mentri pertama di Negri ini.
                Pasca proklamasi juga terjadi hal serupa yang menjadikan pemuda sebagai aktor penentu, sebut saja dalam peristiwa penjungkalan Pemerintahan Soekarno yang didipelopori kaum muda . Dimasa kepemimpinan pak Harto yang diwarnai krisis ekonomi yang melanda wilayah nusantara, akhirnya mendesak kaum muda dari segala latar belakang kampus dan organisasi untuk terus menyeruhkan perlawanan dan akhirnya berhasil menjungkirbalikan kediktatoran rezim yang berkuasa selama 32 tahun itu. Demikian juga halnya tahun tahun setelah itu, dengan artian peran pemuda menjadi aktor utama dalam mengatur dibunyikan nada pertama dan alur irama yang dimainkan dalam sendi sendi kehidupan khususnya dalam momentum politik. Jadi jika ada pihak yang tidak menginginkan atau menolak keterlibatan/eksistensi  kaum muda dalam praktek politik maka tindakan ini adalah tindakan yang ahistoris , karna betapa ia telah menolak kehendak jaman dan mendustakan hukum sejarah.

                Menyebut momentum politik tak lengkap jika tak mencolek sedikit tentang pesta demokrasi. Apalagi saat ini kita akan dihadapkan dengan pilkada serentak, baik itu pemilihan Gubernur dan wakil gubernur, pemilihan Bupati dan Wakil bupati, serta pemilihan Walikota dan wakil walikota. Tentunya ini tak hanya menyita perhatian tapi juga akan menyita banyak pikiran, tenaga , waktu, dan materil  jika kita sebagai rakyat yang tentunya merindukan terwujudnya cita-cita proklamasi itu sendiri yaitu “terwujudnya masyarakat yang sejahtera”.  Kutipan ini adalah inti dari cita cita Negara yang selalu menjadi jualan setiap kandidat dalam setiap kontestasi pilkada dan pemilukada. Mereka beramai ramai membalut diri dengan citra yang pro rakyat dengan segudang agenda, walaupun secara keseluruhan program yang diumbar berwujud abstrak dan tidak menajam pada issue-issue factual dan riil. Ntoto’oka tau Visi Misi ta mosngkono pe persoalan tau boros.
                Jika menengok di daerah kita Kabupaten Tojo Una-una, daerah yang kita sama-sama cintai ini juga akan menggelar pilkada dan  kita akan dihadapkan dengan hadirnya pilihan kontestan yang lumayan banyak dibanding kabupaten lain. Majunya lima pasang calon bisa dimaknai dengan majunya nilai demokrasi kita, tetapi nilai demokrasi itu sendiri tidak hanya bergantung pada factor kwantitas, tetapi juga pada factor kwalitas. Kwalitas yang dimaksud adalah kwalitas kandidat dan kwalitas pemilih, yang tak lain adalah  rakyat yang memilih kandidat itu sendiri. Memilih atas dasar kesadaran politik adalah hagian terpenting dalam menjaga nilai demokrasi yang lebih baik dan berbobot.
                Berbicara tentang demokrasi yang lebih baik dan berbobot, diatas kita telah menyinggung bagaimana peran pemuda sebagai aktor sentral dalam menyokong dan menentukan arah kebijakan ekonomi dan politik Negara ini. Ini menjadi fator yang krusial dalam tatanan masyarakat termasuk nasib rakyat Kabupaten tojo una una 5 (lima) tahun akan datang.  Karna jika kepemimpinan didaerah ini jatuh pada pemimpin yang tidak produktif atau pemimpin tipikal perusak, maka cita-cita proklamasi selamanya akan jadi sekedar buah tidur seluruh rakyat touna.
                Untuk itu saatnya kita sebagai kaum muda (termasuk kaum tua yang berjiwa muda) bergandengan tangan dan merapatkan barisan. Tentukan sikap dan berikan dukungan pada yang muda,  yang sudah bersusah payah melawah ketabuhan dinegeri ini. Teriakan dukungan pada yang muda enerjik. Karena Tua adalah keniscayaan, dan dewasa adalah pilihan. Maka, sebaik-baiknya pemimpin adalah pemimpin yang dewasa dalam usia muda.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar