PEMUDA
TOUNA DAN PEMIMPIN MUDA
Oleh : Idrus Dulah
Oleh : Idrus Dulah
“Beri aku sepuluh orang
pemuda, maka akan kuguncang dunia”-Bung Karno.
Di era praproklamasi kemerdekaan
1945, peran kaum muda menjadi penentu diproklamirkan akhir dari penjajahan
kolonialisme dan fasisme jepang atas bangsa Indonesia. Ini dibuktikan dengan
hadirnya kelompok pemuda yang menculik dan mendesak sang proklamator untuk
segera merancang naskah kemerdekaan dan segera membacakannya dihadapan rakyat
Indonesia dalam rapat umum terbuka dilapangan ikada. Yang lebih penting lagi
adalah tokoh sentral, muazdin proklamasi adalah juga tergolong pemuda (dari
segi usia), yang tak lain adalah Soekarno yang saat itu baru berusia 44 tahun,
didampingi Mohammad Hatta (45 tahun) dan Sutjan Sajhrir (29 Tahun) yang setelahnya
menjadi perdana mentri pertama di Negri ini.
Pasca proklamasi juga terjadi
hal serupa yang menjadikan pemuda sebagai aktor penentu, sebut saja dalam peristiwa
penjungkalan Pemerintahan Soekarno yang didipelopori kaum muda . Dimasa
kepemimpinan pak Harto yang diwarnai krisis ekonomi yang melanda wilayah
nusantara, akhirnya mendesak kaum muda dari segala latar belakang kampus dan
organisasi untuk terus menyeruhkan perlawanan dan akhirnya berhasil
menjungkirbalikan kediktatoran rezim yang berkuasa selama 32 tahun itu.
Demikian juga halnya tahun tahun setelah itu, dengan artian peran pemuda
menjadi aktor utama dalam mengatur dibunyikan nada pertama dan alur irama yang
dimainkan dalam sendi sendi kehidupan khususnya dalam momentum politik. Jadi
jika ada pihak yang tidak menginginkan atau menolak keterlibatan/eksistensi kaum muda dalam praktek politik maka tindakan
ini adalah tindakan yang ahistoris
, karna betapa ia telah menolak kehendak jaman dan mendustakan hukum
sejarah.
Menyebut momentum politik tak
lengkap jika tak mencolek sedikit tentang pesta demokrasi. Apalagi saat ini
kita akan dihadapkan dengan pilkada serentak, baik itu pemilihan Gubernur dan
wakil gubernur, pemilihan Bupati dan Wakil bupati, serta pemilihan Walikota dan
wakil walikota. Tentunya ini tak hanya menyita perhatian tapi juga akan menyita
banyak pikiran, tenaga , waktu, dan materil
jika kita sebagai rakyat yang tentunya merindukan terwujudnya cita-cita
proklamasi itu sendiri yaitu “terwujudnya
masyarakat yang sejahtera”. Kutipan
ini adalah inti dari cita cita Negara yang selalu menjadi jualan setiap
kandidat dalam setiap kontestasi pilkada dan pemilukada. Mereka beramai ramai
membalut diri dengan citra yang pro rakyat dengan segudang agenda, walaupun secara
keseluruhan program yang diumbar berwujud abstrak dan tidak menajam pada
issue-issue factual dan riil. Ntoto’oka tau Visi Misi ta mosngkono pe persoalan
tau boros.
Jika menengok di daerah kita
Kabupaten Tojo Una-una, daerah yang kita sama-sama cintai ini juga akan
menggelar pilkada dan kita akan dihadapkan
dengan hadirnya pilihan kontestan yang lumayan banyak dibanding kabupaten lain.
Majunya lima pasang calon bisa dimaknai dengan majunya nilai demokrasi kita,
tetapi nilai demokrasi itu sendiri tidak hanya bergantung pada factor
kwantitas, tetapi juga pada factor kwalitas. Kwalitas yang dimaksud adalah
kwalitas kandidat dan kwalitas pemilih, yang tak lain adalah rakyat yang memilih kandidat itu sendiri.
Memilih atas dasar kesadaran politik adalah hagian terpenting dalam menjaga
nilai demokrasi yang lebih baik dan berbobot.
Berbicara tentang demokrasi yang
lebih baik dan berbobot, diatas kita telah menyinggung bagaimana peran pemuda
sebagai aktor sentral dalam menyokong dan menentukan arah kebijakan ekonomi dan
politik Negara ini. Ini menjadi fator yang krusial dalam tatanan masyarakat
termasuk nasib rakyat Kabupaten tojo una una 5 (lima) tahun akan datang. Karna jika kepemimpinan didaerah ini jatuh
pada pemimpin yang tidak produktif atau pemimpin tipikal perusak, maka cita-cita
proklamasi selamanya akan jadi sekedar buah tidur seluruh rakyat touna.
Untuk itu saatnya kita sebagai
kaum muda (termasuk kaum tua yang berjiwa muda) bergandengan tangan dan
merapatkan barisan. Tentukan sikap dan berikan dukungan pada yang muda, yang sudah bersusah payah melawah ketabuhan
dinegeri ini. Teriakan dukungan pada yang muda enerjik. Karena Tua adalah
keniscayaan, dan dewasa adalah pilihan. Maka, sebaik-baiknya pemimpin adalah
pemimpin yang dewasa dalam usia muda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar