Rabu, 01 Mei 2013

Biaya operasional naik, laba Indofood turun 24,8 persen

Biaya operasional naik, laba Indofood turun 24,8 persen
PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) mencatatkan penurunan laba usaha di kuartal pertama 2013. Hal ini lantaran melonjaknya beban biaya operasional perseroan.
Indofood mencatat penurunan laba usaha sebesar 24,8 persen menjadi Rp 1,34 triliun selama tiga bulan pertama tahun ini dibanding periode sama tahun lalu Rp 1,78 triliun. Margin laba usaha perseroan juga turun dari 15 persen menjadi 10,4 persen.
"Hal ini disebabkan oleh turunnya harga crude palm oil (CPO) dan karet, ditambah beban yang lebih tinggi," ujar Chief Executive Officer (CEO) INDF, Anthony Salim dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (30/4).
Menurutnya, pencapaian hasil kuartal pertama sangat dipengaruhi oleh turunnya kinerja Grup Agribisnis. Namun, perseroan mencatat penurunan yang tidak terlalu signifikan karena mendorong pertumbuhan grup usaha lain seperti Grup CBP dan Bogasari.
"Perseroan akan tetap berkomitmen dan fokus untuk terus mempertahankan pertumbuhan serta meningkatkan nilai perusahaan ke depannya," ungkap dia.
Kendati demikian, perseroan juga mendorong pertumbuhan penjualan yang per akhir kuartal pertama tercatat naik 8,7 persen menjadi Rp 12,86 triliun dibanding periode sama tahun lalu Rp 11,83 triliun.
Emiten ritel ini, mempunyai kontribusi terbesar yang disumbangkan dari Grup Produk Konsumen Bermerk, yaitu sebesar 45 persen. Sedangkan Grup Bogasari berkontribusi sebesar 26 persen, Grup Agribisnis berkontribusi sebesar 21 persen dan sisanya 8 persen dari Grup Distribusi.
Total penjualan Grup CBP yang terdiri dari divisi mie instan, susu, makanan ringan ini tumbuh 10,9 persen menjadi Rp 5,7 triliun. Pertumbuhan terutama didorong oleh penjualan mi instan.
Grup Bogasari mencatat peningkatan penjualan sebesar 13,3 persen, terutama disebabkan oleh kenaikan harga jual rata-rata dan volume penjualan. Grup Distribusi mencatat pertumbuhan penjualan sebesar 10,4 persen menjadi Rp 1,02 triliun.
Perseroan mencatat penurunan penjualan dari Grup Agribisnis sebesar 3,1 persen. Hal ini disebabkan oleh tingginya harga jual rata-rata penjualan produk kelapa sawit dan karet.
"Selain itu juga disebabkan oleh penurunan penjualan produk minyak dan lemak nabati," jelasnya.
Hal tersebut secara tidak langsung membuat laba bruto turun 5,1 persen menjadi Rp 3,11 triliun dibanding periode sama tahun lalu Rp 3,27 triliun.
Sedangkan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun 11,4 persen menjadi Rp 722,4 miliar dibanding periode sama tahun lalu Rp 815 miliar.
[rin/IDU]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar