Rabu, 03 April 2013

Perubahan yang sulit dirubah

http://imgsrv5.perfspot.com/pics/profile/f/fj/he/profile_3F4F1B86-FF3B-4E8C-873B-22DFD952E746.jpg  Oleh :RIEZKY APRILIA (Kiky)

Memasuki sebuah tempat yang sebenarnya tidak asing bagi kita dengan membawa sebuah idealisme harusnya lebih mudah, hanya setelah dipelajari dan dirasakan membuat kita jadi bertanya-tanya "apakah memang ini watak manusia yang sesungguhnya?".
Diawali dengan sebuah keyakinan bahwa ini adalah sebuah tempat yang pas untuk melakukan sebuah perubahan bagi orang banyak, membantu untuk memberikan sebuah pencerahan bagi khalayak banyak sepertinya sangat sulit. Kami memang sekelompok anak-anak muda yang punya visi dan misi untuk mengembalikan kehidupan sosial bermasyarakat sesuai dengan hakikatnya, hanya makin terasa sulit di saat orang-orang kebanyakan didalamnya merasa mereka adalah representasi dari keinginan khalayak ramai itu. Sebagai seorang ibu dari 2 (dua) orang anak laki-laki yang suatu saat akan menjadi generasi penerus, tidak banyak yang bisa kulakukan kecuali menjadi kebanggaan buat mereka melalui apa yang kukerjakan sekarang.
Harapan sebuah arus perubahan besar dapat terjadi dengan sesuatu yang baru, lingkungan baru dan sebuah komunitas baru, tapi hal itu sangat berat untuk dilakukan karena terlalu banyak orang yang merasa apa yang mereka lakukan adalah hal yang paling di atas yang paling, apa yang mereka lakukan adalah apa yang diinginkan oleh masyarakat banyak... Is this real?? Or Am I Just dreaming? Inikah manusia yang sebenarnya?
Disaat kita mencoba melakukan sebuah pencerahan kepada masyarakat mengenai sebuah idealnya kehidupan dijalani, masuklah kepentingan-kepentingan yang mereka rasa ini adalah yang paling benar, segala sesuatunya terasa janggal dan sia-sia. Kami memasuki dunia ini dengan hati dan niat yang tulus untuk melakukan perubahan itu hanya semuanya "dirasuki" oleh kepentingan-kepentingan duniawi orang-orang yang sebenarnya harus mempertanggungjawabkan apa yang telah mereka mulai. Masyarakat ini tidak salah, mereka hanya ingin perbaikan dalam kehidupan mereka dengan cara yang sebenar-benarnya, tapi alangkah jahatnya mereka memanfaatkan keluguan mereka, memanfaatkan harapan mereka, kenapa mereka tidak berpikiran sebaliknya, apabila mereka adalah masyarakat itu, apakah adil buat mereka?. Mengembalikan segala sesuatunya ke diri kita adalah hal yang paling bijak untuk dilakukan, bagaimana apabila kita yang di posisi itu? bagaimana apabila hal itu terjadi kepada kita?
“Knowing your own darkness is the best method for dealing with the darknesses of other people.” 
― C.G. Jung
Sebuah ekspektasi menjadi sama-sama manusia yang "bodoh" di dalam tempat ini, dengan harapan untuk sama-sama belajar dan berbagi untuk satu tujuan memberikan perubahan yang besar bagi masyarakat adalah  mustahil. Pernyataan itu sangat beralasan, selama masih ada kepentingan pribadi diatas kepentingan kelompok tidak akan pernah terealisasi masyarakat yang maju, cerdas dan berbudaya bahkan jauh dari sejahtera karena terus menerus dibodoh-bodohi. Apabila disadari kalimat ini:
“if there isn’t a them, there can’t be an us.” 

mungkin tulisan ini tidak akan panjang, dan bahkan bukan berisi keresahan melainkan pujian. Harus diakui sulitnya melakukan sebuah perubahan di saat semua orang merasa mereka yang paling benar, mereka yang paling tau, mereka yang paling berjasa, padahal yang dibutuhkan generasi penerus bangsa ini adalah sebuah komitmen dan kebersamaan untuk menuju demokrasi yang lebih baik. Apakah semua orang menikmati keadaan seperti ini? alangkah piciknya cara berpikir segelintir orang yang merasa sudah merepresentasi kebanyakan orang, perubahan itu datang dari sendiri, apakah kita sudah berbuat yang terbaik untuk lingkungan terkecil yaitu keluarga kita....? selama untuk lingkungan terkecil pun kita belum mampu untuk melakukan yang terbaik, berarti jangan pernah berani mengklaim kita adalah representasi kebanyakan orang, karena untuk lingkungan terkecil pun kita sudah gagal.

apa yang kucari dari tempat ini bukanlah seperti orang-orang kebanyakan diluar sana, tujuanku hanya satu, menjadi seorang ibu yang dibanggakan oleh kedua anak-anaknya karena bukan jabatan, harta dan kekuasaan kita yang dikenang orang tetapi perbuatan baik kita terhadap sesama yang dikenang orang.
Berbagi dengan hati, bukan dengan tujuan tertentu. Mungkinkah akhir zaman telah dekat karena semakin banyak orang rakus akan semua hal, hingga mereka merasa dirinyalah yang paling dan paling.... Saling menuduh dan menjatuhkan sesuatu yang mereka tidak pernah tau kebenarannya, hanya karena duniawi.

Alhamdulillah Ya Allah... Selalu aku diingatkan melalui tangan-tangan kecil anak-anaku bahwa keberhasilan dalam hidupku adalah membentuk anak-anakku menjadi anak-anak yang mampu mandiri, cerdas dan berbuat baik terhadap sesama tanpa motivasi apapun selain membantu dan ikut merasakan apa yg dirasakan orang lain

Tidak ada komentar:

Posting Komentar